Wednesday, March 27, 2013

Tersisa dari Modangan (1)


Pantai mati dan menyeramkan hanya kita liat di Film maupun di acara semacam On Th* Sp*t, tapi nyatanya hal tersebut ada dalam dunia nyata. Klasifikasi pantai mati bukan karena ini pantai terdapat mayat mayat tapi karena pantai ini tanpa penghuni, tanpa ada akses listrik maupun telekomunikasi, akses jalan utama ke pantai putus dan masih di huni kawanan hewan buas yang sewaktu waktu bisa menjadi ancaman.
Ini cerita tentang 8 orang sahabat yang memutuskan merayakan tahun baru beserta hari jadi persaudaraan mereka yang dinamakan FASTLAP. Sangat di sayangkan memang kenapa harus orang 8 yang mengikuti ini padahal ada 19 orang yang isi kedalaman FASTLAP itu sendiri. Namun mereka yang tidak bisa ikut bukan berarti cuek, tapi lebih ada kepentingan yang sangat urgent dan tidak bisa di tinggal pada hari itu juga.
          Memutuskan kemana tempat camping yang sangat cocok harus mereka lakukan melalui pintu kemana saja bikinan google, setelah mencari cari akhirnya menemukan Pantai yang dinamakan Modangan dan dengan pertimbangan seperti jarak yang cukup dekat, pantai yang dekat dengan rumah saudaranya Brilli dan gambar yang cukup bagus saat melihat via google membuat hati kecil kepincut, di putuskan lah 31 Desember 2012 – 1 Januari 2013 menginap di situ.
          Pada hari H, berkumpulah mereka semua di rumah Jarwo di daerah Pakisaji. 8 orang yang memutuskan menghilang beberapa saat dengan hingar bingar keramaian Kota Malang di waktu malam pergantian tahun ini adalah Agung, Bower, Brilli, Jimbon, Kiyep dengan sebutan baru Celeng, Jarwo, Tunggul, Ape.
          Dalam perjalanan untuk sampai ke Pantai Modangan ini mereka banyak transit ke rumah sodaranya Brilli. Pertama transit adalah untuk mengambil pesanan nasi yg di butuhkan untuk makan malam sekalian menanyakan kemana arah untuk menuju Pantai. Pakde nya Brilli sempat bertanya ke Brilli,“Lapo nang kono Bril, ndek kono gak onok opo2 lan dalane rusak. Mending awakmu nang Jonggring utowo nang Jolo Sutro” dan Brilli menyampaikan kata kata itu tadi kepada 7 orang lainnya yang lagi asik menikmati sajian teh hangat. “Yok opo rek, sido nang Modangan opo nang Jongring utowo Jolo Sutro?” ,mereka pun kompak menjawab “Tetep Modangan”. Kiyep yang di kenal pribadi yang ngeyel tanpa pertimbangan pun dengan lantang mengatakan “Kalo udah Start ya harus Finish”. Setelah selesai sholat, mereka akhirnya melanjutkan perjalanan.
          Transit kedua adalah di rumah Budenya Brilli, ya sekedar berpamitan biar selamat dan makan siang Soto khas daerah sana. Rekomendasi yang benar karena mereka puas dengan cita rasa Soto itu dan dengan harga yang cukup murah 5000 /porsi. Budhe nya Brili waktu itu juga menanyakan ke ponakannya ini,”Lapo nang modangan Bril? Gak onok opo opo ndek kono. Mending nang liyane.” Dan ponakannya itu menjawab,”arek2 pengen ndek pantai sing sepi dhe.” Kejadian yang mendebarkan sekaligus menakjubkan adalah saat akses jalan utama di tutup dan harus memutar ke jalan yang Brilli pun gak tau arahnya, untungnya waktu itu mereka bertanya pada seseorang. Brili,”mas, badhe tanglet jalan tembus ten Ngelo lewat pundi. Soale jalan utamane di tutup mas, wonten pengaspalan” Orang Desa,”Lo ditutup, wah aku yo ate rono mas. Yowes ngikuti aku ae sampeyan.” Secara spontan pun 8 pemuda kota ini mengucap alhamdulilah karena ada jalan keluar di tengah kebingungan arah. Di tengah perjalanan mereka melewati jalanan yang membelah persawahan dan  kebetulan pada waktu itu adalah jam makan para buruh petani. Khas dari orang desa adalah keramahan dan itu terbukti saat kita berpapasan, petani kompak bilang dengan senyum khas,”mas dhahar sedoyo”. Kawanan pemuda ini pun menjawab,”inggih monggo”. Brili yang berada di depan menoleh kebelakang melihat Kiyep mengacungkan jempolnya dan berkata “ini lebih dari apa yang ada di 5cm yep!!”
          Melanjutkan perjalannnya mereka melewati bebatuan kapur dan batu sungai. Kendaraan model Jupiter Z Advanture, Vega R Advanture, Supra X Advanture dan Vario 125 Trail dipaksa melahap medan yang tak seperti biasa. Ditengah perjalanan mereka bertanya lagi ke seseorang yang lagi mancing di Sungai. Brili yang waktu itu bertanya,”Mas, arah nang Modangan iku kanan opo kiri?”. Si pemancing itu menjawab dengan mimik yang serius,”Sampeyan nganan ae mas, tapi ati2 banjir.” Dalam benak pikiran ini langsung berpikiran agar tidak terjadi hal yang buruk dan sambil mengucap terima kasih kepada si pemancing tadi. Yang benar aja, ternyata yang kita lewati adalah pinggiran sungai yang mulai tergerus oleh aliran sungai bekas banjir dan melewati aliran sungai yang dangkal karena pada waktu itu hujan gak turun hampir selama 2hari.
          Sesampai di ujung jalan kita kebingungan karena akses jalan utama tergerus oleh bekas banjir besar dan Bower bersama Jarwo secara bersamaan mencari jalan untuk gimana lebih dekat dengan bibir Pantai Modangan. Mereka berdua akhirnya menemukan jalan dan jarwo sempat berkata,”Dalane wes ketemu tapi semoga gak hujan, soale lak udan kita bakal sulit pulang dan menunggu surutnya air. Yang kita lewati nanti sawah, klo hujan deras pasti berkubang.” Tapi karena teringat kata Kiyep di awal tadi “Start harus Finish” maka mereka memutuskan perjalanan sembari berdoa agak tak ada hujan deras agar esok bisa pulang tepat waktu. Sampai di bibir pantai dan dirasa belom puas dengan tempat untuk mendirikan tenda maka di putuskan melanjutkan perjalanan, Alhasil 2 aliran sungai kecil kembali kita lewati dan sampailah di tempat yang pas untuk mendirikan tenda yang kebetulan tempat ini adalah bekas orang menginap karena terdapat sisa api unggun.... (bersambung)
(@BrillianSanjaya)

No comments:

Post a Comment