Pantai mati dan menyeramkan hanya kita liat di Film
maupun di acara semacam On Th* Sp*t, tapi nyatanya hal tersebut ada dalam dunia
nyata. Klasifikasi pantai mati bukan karena ini pantai terdapat mayat mayat
tapi karena pantai ini tanpa penghuni, tanpa ada akses listrik maupun
telekomunikasi, akses jalan utama ke pantai putus dan masih di huni kawanan
hewan buas yang sewaktu waktu bisa menjadi ancaman.
Ini cerita tentang 8 orang sahabat yang memutuskan
merayakan tahun baru beserta hari jadi persaudaraan mereka yang dinamakan
FASTLAP. Sangat di sayangkan memang kenapa harus orang 8 yang mengikuti ini
padahal ada 19 orang yang isi kedalaman FASTLAP itu sendiri. Namun mereka yang
tidak bisa ikut bukan berarti cuek, tapi lebih ada kepentingan yang sangat
urgent dan tidak bisa di tinggal pada hari itu juga.
Pada hari H, berkumpulah mereka semua
di rumah Jarwo di daerah Pakisaji. 8 orang yang memutuskan menghilang beberapa
saat dengan hingar bingar keramaian Kota Malang di waktu malam pergantian tahun
ini adalah Agung, Bower, Brilli, Jimbon, Kiyep dengan sebutan baru Celeng,
Jarwo, Tunggul, Ape.
Dalam perjalanan untuk sampai ke
Pantai Modangan ini mereka banyak transit ke rumah sodaranya Brilli. Pertama
transit adalah untuk mengambil pesanan nasi yg di butuhkan untuk makan malam
sekalian menanyakan kemana arah untuk menuju Pantai. Pakde nya Brilli sempat
bertanya ke Brilli,“Lapo nang kono Bril, ndek kono gak onok opo2 lan dalane
rusak. Mending awakmu nang Jonggring utowo nang Jolo Sutro” dan Brilli
menyampaikan kata kata itu tadi kepada 7 orang lainnya yang lagi asik menikmati
sajian teh hangat. “Yok opo rek, sido nang Modangan opo nang Jongring utowo
Jolo Sutro?” ,mereka pun kompak menjawab “Tetep Modangan”. Kiyep yang di kenal
pribadi yang ngeyel tanpa pertimbangan pun dengan lantang mengatakan “Kalo udah
Start ya harus Finish”. Setelah selesai sholat, mereka akhirnya melanjutkan
perjalanan.
Melanjutkan perjalannnya mereka
melewati bebatuan kapur dan batu sungai. Kendaraan model Jupiter Z Advanture,
Vega R Advanture, Supra X Advanture dan Vario 125 Trail dipaksa melahap medan
yang tak seperti biasa. Ditengah perjalanan mereka bertanya lagi ke seseorang
yang lagi mancing di Sungai. Brili yang waktu itu bertanya,”Mas, arah nang
Modangan iku kanan opo kiri?”. Si pemancing itu menjawab dengan mimik yang
serius,”Sampeyan nganan ae mas, tapi ati2 banjir.” Dalam benak pikiran ini
langsung berpikiran agar tidak terjadi hal yang buruk dan sambil mengucap
terima kasih kepada si pemancing tadi. Yang benar aja, ternyata yang kita
lewati adalah pinggiran sungai yang mulai tergerus oleh aliran sungai bekas
banjir dan melewati aliran sungai yang dangkal karena pada waktu itu hujan gak
turun hampir selama 2hari.
Sesampai di ujung jalan kita
kebingungan karena akses jalan utama tergerus oleh bekas banjir besar dan Bower
bersama Jarwo secara bersamaan mencari jalan untuk gimana lebih dekat dengan
bibir Pantai Modangan. Mereka berdua akhirnya menemukan jalan dan jarwo sempat
berkata,”Dalane wes ketemu tapi semoga gak hujan, soale lak udan kita bakal
sulit pulang dan menunggu surutnya air. Yang kita lewati nanti sawah, klo hujan
deras pasti berkubang.” Tapi karena teringat kata Kiyep di awal tadi “Start
harus Finish” maka mereka memutuskan perjalanan sembari berdoa agak tak ada
hujan deras agar esok bisa pulang tepat waktu. Sampai di bibir pantai dan
dirasa belom puas dengan tempat untuk mendirikan tenda maka di putuskan
melanjutkan perjalanan, Alhasil 2 aliran sungai kecil kembali kita lewati dan
sampailah di tempat yang pas untuk mendirikan tenda yang kebetulan tempat ini
adalah bekas orang menginap karena terdapat sisa api unggun.... (bersambung)
(@BrillianSanjaya)
(@BrillianSanjaya)
No comments:
Post a Comment