Kegiatan
membangun tenda kita lakukan, 3 tenda siap menampung barang dan tubuh ini larut
malam nanti. Lalu pembagian tugas mulai di lakukan antara membuat api unggun
dan memasak. Makanan yng bakal menjadi santap malam mereka adalah nasi + sarden
+ sambal terong kecil, teri, pete + sambal bajak + pilus. Yaps cukup banyak
variannya dan inilah FASTLAP pasukan selep (makan). Saat menyantap makanan ini
Jarwo berkata pada mereka,”Apa yang dilakukan 11 orang lainnya di tahun baru
dan ulang tahun FASTLAP ini ya?”. Sebuah pertanyaan yang membuat hati mereka
kangen akan kebersamaan di hari jadi FASTLA
P.
Menjelang
larut malam cuaca agak tidak bersahabat, turun gerimis hujan yang membuat kita
masuk kedalam tenda. Keterbatasan kemampuan tenda dalam hal menghalau hujan kali
ini sangat buruk, tercatat tenda kecil yang berisi Agung dan Jarwo kebocoran
lalu tenda besar yang di huni Bower, Kiyep dan Tunggul juga kebocoran. Hanya
tenda yang di isi Jimbon, Ape dan Brilli aman tanpa bocor.
Jam
menjelang 00.00 cuaca diluar sudah tak ada gerimis hujan, lalu mereka
memutuskan untuk keluar sembari melakukan ritual FASTLAP yaitu curhatan dari
hati ke hati yang sifatnya sangat rahasia dan hanya pada momen seperti ini
semua bakal terungkap namun sayangnya belum semuanya mendapat giliran maju
kedepan karena hujan kembali turun, posisi pendengar menghadap lautan dan
pembicara menghadap hutan diselengi suara deburan ombak yang kencang menakutkan
bikin suasana makin horror namun penuh canda tawa. Hujan turun memupuskan asa
menuntaskan ritual ini dan mereka masuk tenda masing2 untuk beristirahat.
Sebelum
semuanya terlelap oleh dinginnya malam itu, ada sebuah kejadian yang membuat
mereka tertawa terbahak bahak. Waktu itu Ape iseng melihat ke luar dari dalam
tenda dimana Kiyep pub dengan jarak tidak lebih dari 5m dari berdirinya tenda.
Sambil berteriak layaknya ketemu maling si Ape bilang,”Woy onok celeng woy, ndi
senter ndi senter”. Sontak yang di dalam tenda lainnya keluar melihat kearah
dimana lampu senter di arahkan ape sambil tertawa dengan sedikit umpatan,”C*k,
onok celeng ndek kene”. Sampai Celeng itu menuntaskan aktifitas ilegalnya,
mereka tak bisa berhenti tertawa. Malam yang gila karena di perlihatkan sosok
Celeng jadi jadian.
Matahari
sudah menampakkan sinarnya, sayangnya waktu itu sedikit tertutup oleh awan
mendung di selingi gerimis rintik. Dalam hati mereka cuman mengharap tuhan tak
turunkan hujan deras agar bisa pulang tepat waktu. Sarapan dibuat dengan menu
spaghetti ala Kiyep yang cukup membuat perut masing masing dari mereka kenyang
paling enggak sampek makan siang di Bakso Gunung Kepanjen.
Waktu
sudah pukul 10.00 mereka memutuskan berberes tenda dan bersiap meninggalkan
Pantai, mengejar waktu agak tidak turun hujan lebat dan akses jalan semakin
berat. Perjalanan pulang ini menyempatkan berkunjung ke Pakdenya Brilli yang
kebetulan searah. Sekedar melepas penat, bersih diri dan menunggu waktu adzan
tiba untuk sholat Dzuhur. Saat semuanya berada di depan menunggu giliran mandi,
Brili bercengkerama bentar bersama Budhe nya. Obrolan ringan pun terjadi yang
intinya bila budhe dan pakdhe nya Brili tau kalo sekawanan manusia bujang
bermalam di Pantai Modangan pasti tidak di ijinkan karena menurut orang sana Pantai Modangan itu
sudah disebut Pantai Mati, banyak hewan buas dan ancaman banjir sewaktu waktu.
Hal yang sama tentang Pantai ini juga di ungkapkan Neneknya Brilli saat dia
berkunjung sejenak, si nenek itu bilang bahwasannya Pantai itu sering digunakan
untuk pengasihan (mencari rejeki yang illegal). Inilah cerita lain dari Pantai
Modangan (Mati) di kalangan orang setempat yang itu untungnnya terdengar
setelah kita menuntaskan misi ini.
Waktu
beranjak Siang dan mereka memutuskan melanjutkan perjalanan pulang ke Malang,
disini rombongan berpisah yaitu Bleki dan Ape melanjutkan perjalanan ke Jolo
Sutro dimana mau menjemput keluarganya yang berlibur disana.
Sesampainya
di Kepanjen mereka berhenti untuk menuntaskan misi terakhir yaitu makan Bakso
Gunung. Bakso yang menanjak harganya dan kualitas rasa sedikit berkurang karena
ini semua salah kenaikan harga daging di pasaran.
Pemuda
harapan bangsa ini lalu melanjutkan ke Malang dan mereka semua keesokan harinya
sudah di hadapkan rutinitas kesehariannya seperti Jimbon kembali ke Jakarta
untuk melanjutkan study dan kerjanya, Jarwo ke Surabaya untuk menuntaskan TA
nya, Brili kembali ke dunia kerja dan studynya, Bower dan Ape kembali
kerutinitas bisnis mereka, Agung dan Bleki melanjutkan studynya diUB untuk
menuntaskan skripsinya karena tahun ini target mereka LULUS.
Inilah
cerita keceriaan, kegembiraan, mistis dalam sebuah perjalanan untuk merayakan
hari jadi FASTLAP yang ke 7tahun. Semoga tahun 2012 menjadi pembelajaran untuk
lewati tahun 2013 buat kalian semua. Selamat Ulang Tahun FASTLAP!!
@BrillianSanjaya